Senin, 11 Maret 2013

TUGAS MANDIRI PSIKOLOGI DALAM PERADABAN


PSIKOLOGI DALAM PERADABAN

Psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu terbilang berusia muda. Ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental itu diklaim Barat baru muncul pada tahun 1879 M ketika Wilhelm Wundt mendirikan laboratorium pertamanya di Leipzig. Padahal, jauh sebelum itu peradaban manusia dari zaman ke zaman telah menaruh perhatian pada masalah-masalah psikologi.

Peradaban manusia kuno di Mesir, Yunani, Cina, dan India telah memikirkan tentang ilmu yang mempelajari manusia dalam kurun waktu bersamaan. Kebudayaan kuno itu juga telah memikirkan tentang sifat pikiran, jiwa, ruh, dan sebagainya. Masyarakat Mesir Kuno dalam catatan yang tertulis pada papirus bertarik 1550 SM telah mencoba mendeskripsikan tentang otak dan beberapa spekulasi mengenai fungsinya. Selain itu, filsuf Yunani Kuno, Thales, juga telah mengelaborasi apa yang disebut sebagai psuch atau jiwa. Pemikir lainnya dari peradaban Yunani Kuno seperti Plato, Pythagoras, dan Aristoteles juga turut mendedikasikan diri mereka untuk mempelajari dan mengembangkan dasar-dasar psikologi. Sejak abad ke-6 M, peradaban Cina telah mengembangkan tes kemampuan sebagai bagian dari sistem pendidikan.

Lalu bagaimana peradaban Islam berperan dalam mengembangkan psikologi? Sebenarnya. jauh sebelum Barat mendeklarasikan berdirinya disiplin ilmu psikologi di abad ke-19 M, di era keemasannya para psikolog dan dokter Muslim telah turut mengembangkan psikologi dengan membangun klinik yang kini dikenal sebagai rumah sakit psikiatris.
Di era kekhalifahan, psikologi berkembang beriringan dengan pesatnya pencapaian dalam ilmu kedokteran.

Pada masa kejayaannya, para psikolog Muslim telah mengembangkan Psikologi Islam atau Ilm-Al Nafsiat. Psikologi yang berhubungan dengan studi nafs atau jiwa itu mengkaji dan mempelajari manusia melalui qalb (jantung), ruh, aql (intelektual), dan iradah (kehendak). Kontribusi para psikolog Muslim dalam mengembangkan dan mengkaji psikologi begitu sangat bernilai. Sejarah mencatat, sarjana Muslim terkemuka, Al-Kindi, merupakan psikolog Muslim pertama yang mencoba menerapkan terapi musik. Psikolog Muslim lainnya, Ali ibn Sahl Rabban Al-Tabari, juga diakui dunia sebagai orang pertama yang menerapkan psikoterapi atau 'al-`ilaj al-nafs'.

Psikolog Muslim di era kejayaan, Ahmed ibnu Sahl Al-Balkhi, merupakan sarjana pertama yang memperkenalkan konsep kesehatan spiritual atau al-tibb al-ruhani dan ilmu kesehatan mental. Al-Balkhi diyakini sebagai psikolog medis dan kognitif pertama yang secara jelas membedakan antara neuroses dan psychoses untuk mengklasifikasi gangguan penyakit syaraf.

Melalui kajian yang dilakukannya, Al-Balkhi, juga mencoba untuk menunjukkan secara detail bagaimana terapi rasional dan spiritual kognitif dapat digunakan untuk memperlakukan setiap kategori penyakit. Pencapaian yang berhasil ditorehkan Al-Balkhi pada abad pertengahan itu terbilang begitu gemilang.

Sumbangan yang tak kalah pentingnya terhadap studi psikologi juga diberikan oleh Al-Razi. Rhazes - begitu orang Barat menyebut Al-Razi - telah menorehkan kemajuan yang begitu signifikan dalam psikiatri. Melalui kitab yang ditulisnya yakni El-Mansuri dan Al-Hawi, Al-Razi mengungkapkan definisi symptoms (gejala) dan perawatannya untuk menangani sakit mental dan masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan mental.
Al-Razi juga tercatat sebagai psikolog pertama yang membuka ruang psikiatri di sebuah rumah sakit di Kota Baghdad. Pada saat yang sama, Barat belum mengenal dan menerapkan hal serupa, sebab waktu itu Eropa berada dalam era kegelapan. Apa yang telah dilakukan Al-Razi di masa kekhalifahan Abbasiyah itu kini diterapkan di setiap rumah sakit.
Pemikir Muslim lainnya di masa keemasan Islam yang turut menyumbangkan pemikirannya untuk mengembangkan psikologi adalah Al-Farabi. Ilmuwan termasyhur ini secara khusus menulis risalah terkait psikologi sosial dan berhubungan dengan studi kesadaran. Dari Andalusia, dokter bedah terkemuka, Al-Zahrawi, alias Abulcasis mempelopori bedah syaraf.

Selain itu, Ibnu Zuhr, alias Avenzoar tercatat sebagai psikolog Muslim pertama yang mencetuskan deskripsi tentang penyakit syaraf secara akurat. Ibnu Zuhr juga telah memberi sumbangan yang berarti bagi neuropharmakology modern. Yang tak kalah penting lagi, Ibnu Rusyd atau Averroes -- ilmuwan Muslim termasyhur - telah mencetuskan adanya penyakit Parkinson's.

Ali ibnu Abbas Al-Majusi, psikolog Muslim lainnya di masa kejayaan turut menyumbangkan pemikirannya bagi studi psikologi. Ia merupakan psikolog yang menghubungkan antara peristiwa-peristiwa psikologis tertentu dengan perubahan psikologis dalam tubuh. Ilmuwan besar Muslim lainnya, Ibnu Sina, alias Avicenna dalam kitabnya yang fenomenal Canon of Medicine juga mengupas masalah neuropsikiatri. Ibnu Sina menjelaskan pendapatnya tentang kesadaran diri atau self-awareness.

Sementara itu, Ibnu Al-Haitham alias Alhazen lewat kitabnya yang terkenal Book of Optics dianggap telah menerapkan psikologi eksperimental, yakni psikologi persepsi visual. Dialah ilmuwan pertama yang mengajukan argumen bahwa penglihatan terjadi di otak, dibandingkan di mata. Al-Haitham mengesakan bahwa pengalaman seseorang memiliki efek pada apa yang dilihat dan bagaimana seseorang melihat.

Menurut Al-Haitham, penglihatan dan persepsi adalah subjektif. Al-Haitham juga adalah ilmuwan pertama yang menggabungkan fisika dengan psikologi sehingga terbentuklah psychophysics. Melalui percobaan yang dilakukannya dalam studi psikologi, Al-Haitham banyak mengupas tentang persepsi visual termasuk sensasi, variasi, dalam sensitivitas, sensasi rabaan, persepsi warna, serta persepsi kegelapan.

Sejarawan psikologi, Francis Bacon menyebut Al-Haitham sebagai ilmuwan yang meletakkan dasar-dasar psychophysics dan psikologi eksperimental. Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukannya, Bacon merasa yakin bahwa Al-Haitham adalah sarjana pertama yang berhasil menggabungkan fisika dengan psikologi, dibandingkan Fechner yang baru menulis Elements of Psychophysics pada tahun 1860 M.

Bacon juga mengakui Al-Haitham sebagai pendiri psikologi eksperimental. Dia mencetuskan teori besar itu pada awal abad ke-11 M. Selain itu, dunia juga mengakui Al-Biruni sebagai salah seorang perintis psikologi eksperimental lewat konsep reaksi waktu yang dicetuskannya. Sayangnya, sumbangan yang besar dari para ilmuwan Muslim terhadap studi psikologi itu seakan tak pernah tenggelam ditelan zaman.



Rumah Sakit Jiwa Pertama di Dunia

Umat Muslim di era keemasan kembali membuktikan bahwa Islam adalah pelopor peradaban. Sepuluh abad sebelum masyarakat Barat memiliki rumah sakit jiwa untuk mengobati orang-orang yang mengalami gangguan kejiwaan, umat Muslim di kota Baghdad pada tahun 705 M sudah mendirikannya. Rumah sakit jiwa atau insane asylums mulai didirikan para dokter dan psikolog Islam pada masa kekhalifahan.

Tak lama setelah itu, di awal abad ke-8 M peradaban Muslim di kota Fes juga telah memiliki rumah sakit jiwa. Rumah sakit jiwa juga sudah berdiri di kota Kairo pada tahun 800 M. Setelah itu pada tahun 1270 M, kota Damaskus dan Aleppo juga mulai memiliki rumah sakit jiwa. Rumah sakit jiwa itu dibangun para dokter dan psikolog sebagai tempat untuk merawat pasien yang mengalami beragam gangguan kejiwaan.

Sementara itu, Inggris - negara terkemuka di Eropa -- baru membuka rumah sakit jiwa pada tahun 1831 M. Rumah sakit jiwa pertama di Inggris itu adalah Middlesex County Asylum yang terletak di Hanwell sebelah barat London. Pemerintah Inggris membuka rumah sakit jiwa setelah mendapat desakan dari Middlesex County Court Judges. Setelah itu Inggris mengeluarkan Madhouse Act 1828 M.

Psikolog Muslim di abad ke-10 M, Ahmed ibnu Sahl Al-Balkhi, (850 M - 934 M) telah mencetuskan gangguan atau penyakit yang berhubungan antara pikiran dan badan. Al-Balkhi berkata, ''Jika jiwa sakit, maka tubuh pun tak akan bisa menikmati hidup dan itu bisa menimbulkan penyakit kejiwaan.'' Al-Balkhi mengakui bahwa badan dan jiwa bisa sehat dan bisa pula sakit alias keseimbangan dan ketidakseimbangan.

Dia menulis bahwa ketidakseimbangan dalam tubuh dapat menyebabkan demam, sakit kepala, dan rasa sakit di badan. Sedangkan, papar dia, ketidakseimbangan dalam jiwa dapat mencipatakan kemarahan, kegelisahan, kesedihan, dan gejala-gejala yang berhubungan dengan kejiwaan lainnya. Dia juga mengungkapkan dua macam penyebab depresi. Pertama, kata Al-Balkhi, depresi disebabkan oleh alasan yang diketahui, seperti mengalami kegagalan atau kehilangan. Ini bisa disembuhkan secara psikologis. Kedua, depresi bisa terjadi oleh alasan-alasan yang tak diketahui, kemukinan disebabkan alasan psikologis. Tipe kedua ini bisa disembuhkan melalui pemeriksaan ilmu kedokteran. Begitulah para pemikir Muslim di era keemasan memberikan begitu banyak sumbangan bagi pengembangan psikologi.


Pemikir Islam dan Psikologi

-          Ibnu Sirin: Ilmuwan Muslim ini memberi sumbangan bagi pengembangan psikologi melalui bukunya berjudul a book on dreams and dream interpretation.
-          Al-Kindi alias Alkindus: Dialah pemikir Muslim terkemuka yang mengembangkan bentuk-bentuk terapi musik.
-          Ali ibn Sahl Rabban Al-Tabari: Dialah ilmuwan yang mengambangkan al-`ilaj al-nafs atau psikoterapi.
-          Al-Farabi alias Alpharabius: Inilah pemikir Islam yang mendiskusikan masalah yang berhubungan dengan psikologi sosial dan studi kesadaran. - Ali ibn Abbas al-Majusi: Dia adalah sarjana Muslim yang menjelaskan tentang neuroanatomy dan neurophysiology.
-          Abu al-Qasim Al-Zahrawi (Abulcasis): Inilah bapak ilmu bedah modern yang pertamakali menjelaskan bedah syaraf atau neurosurgery.
-          Abu Rayhan al-Biruni: Dialah pemikir Islam yang menjelaskan reaksi waktu.
-          Ibn Tufail: Inilah sarjana Muslim yang mengantisipasi argumen tabula rasa.
-          Abu Al-Qasim Al-Zahrawi (Abulcasis): Inilah bapak ilmu bedah modern yang pertamakali menjelaskan bedah syaraf atau neurosurgery

Sabtu, 09 Maret 2013

MAKALAH KUTIPAN DAN CATATAN KAKI


BAB I
PENDAHULUAN

            Dalam penulisan-penulisan karya ilmiah – baik penulisan artikel-artikel ilmiah, karya-karya tulis, maupun penulisan skripsi dan disertasi seringkali dipergunakan kutipan-kutipan dan catatan kaki untuk menjelaskan isi dari uraian-uraian atau untuk membuktikan apa yang ditulis. Oleh karena itu, pada bab pembahasan nanti akan kami tuliskan apa itu kutipan dan catatan kaki, apa tujuannya, prinsip mengutip dan membuat catatan kaki, jenis  kutipan dan catatan kaki, unsur-unsur referensi dan cara membuat catatan kaki sampai kepada singkatan-singkatannya.
            Sangat membuang waktu jika sebuah kebenaran yang telah diselidiki dan dibuktikan oleh seorang ahli dan sudah dimuat secara luas dalam sebuah buku atau majalah, harus diselidiki kembali oleh seorang penulis untuk menemukan kesimpulan yang sama. Di samping itu dalam keadaan tertentu seorang penulis karya ilmiah tidak punya waktu untuk menyelidiki suatu segi kecil dari tulisannya secara mendalam. Sebab itu hal-hal yang penting dan yang sudah ditulis dalam buku-buku tidak perlu diselidiki lagi. Penulis cukup mengutip pendapat yang dianggapnya benar itu dengan menyebutkan di mana pendapat itu dibaca, sehingga pembaca dapat mencocokkan kutipan itu dengan sumber aslinya.


 
BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN KUTIPAN DAN CATATAN KAKI
Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang, atau ucapan seseorang yang terkenal, baik terdapat dalam buku-buku maupun majalah. Walaupun kutipan atas pendapat seorang ahl itu diperkenankan, tidaklah berarti bahwa sebuah tulisan seluruhnya dapat berdiri dari kutipan-kutipan itu. Garis besar kerangka karangan, serta kesimpulan-kesimpulan yang dibuat merupakan pendapat penulis sendiri, sebaliknya kutipan-kutipan hanya berfungsi sebagai bahan bukti untuk menunjang pendapatnya. 
Catatan kaki adalah keterangan-keterangan atas teks karangan yang ditempatkan pada kaki halaman karangan yang bersangkutan. Catatan kaki bukan semata-mata dimaksudkan untuk menunjuk sumber tempat terdapatnya sebuah kutipan, tetapi dapat juga dipakai untuk memberi keterangan-keterangan lainnya terhadap teks. Oleh karena itu catatan kaki dan bagian dari teks yang akan diberi penjelasan itu terdapat suatu hubungan yang sangat erat.

B.     JENIS KUTIPAN DAN CATATAN KAKI
Ada 2 jenis kutipan, yaitu:
1.         Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil secara lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat dari sebuah teks asli.
2.         Kutipan tak langsung (kutipan isi) adalah pinjaman pendapat seorang pengarang atau tokoh terkenal berupa inti sari atau ikhtisar dari pendapat tersebut.


Ada 3 jenis catatan kaki, yaitu:
1.         Penunjukan sumber (referensi)
Menunjuk sumber tempat sumber tempat sumber kutipan terdapat. Catatan kaki semcam ini disebut juga sebagai referensi
1.         Catatan Penjelas
Penjelasan ini harus dibuat dalam catatan kaki dan tidak dimasukkan dalam teks karena akan mengganggu jalannya uraian dalam teks.
2.         Gabungan sumber dan penjelas
Menunjuk sumber di mana dapat diperoleh bahan-bahan dalam teks, dan kedua dan memberi komentar atau penjelasan seperlunya tentang pendapat atau pernyataan yang dikutip tersebut


C.    PRINSIP MENGUTIP DAN PRINSIP MEMBUAT CATATAN KAKI
Prinsip-prinsip mengutip:
1.      Jangan mengadakan perubahan
Pengarang tidak boleh mengubah kata-kata atau teknik dari teks aslinya. Jika mengadakan perubahan, maka ia harus menyatakan atau memberi keterangan yang jelas bahwa telah diadakan perubahan tertentu.
2.      Bila ada kesalahan
Jika dalam kutipan terdapat kesalahan, penulis tidak boleh memperbaiki kesalahan-kesalahan itu. Ia hanya mengutip sebagaimana adanya.
3.      Menghilangkan bagian kutipan
Diperkenankan menghilangkan bagian-bagian tertentu dengan syarat bahwa penghilangan bagian itu tidak boleh mengakibatkan perubahan makna aslinya atau makna keseluruhannya.


Prinsip membuat catatan kaki, yaitu:
1.         Hubungan catatan kaki dengan teks
2.         Nomor urut penunjukan
3.         Teknik pembuatan catatan kaki
Syarat-syaratnya adalah:
(a)    Harus disediakan ruang atau tempat secukupnya pada kaki halaman tersebut sehingga margin bawah tidak boleh lebih sempit dari 3 cm sesudah diketik baris terakhir dari catatan kaki;
(b)   Sesudah baris terakhir dari teks, dalam jarak 3 spasi harus dibuat sebuah garis, mulai dari margin kiri sepanjang 15 ketikan;
(c)    Dalam jarak 2 spasi dari garis tadi, dalam jarak 5 - 7 ketikan dari margin kiri diketik nomor penunjukan;
(d)   Langsung sesudah nomor penunjukan, setengah spasi ke bawah mulai diketik baris pertama dari catatan kaki;
(e)    Jarak antar baris dalam catatan adalah spasi rapat;
(f)    Baris kedua dari tiap catatan kaki selalu dimulai dari margin kiri.


D.    CARA-CARA MENGUTIP DAN CARA MEMBUAT CATATAN KAKI
Cara-cara mengutip, yaitu:
1.      Kutipan langsung yang tidak lebih dari empat baris
Caranya:
(a)    Kutipan itu diintegrasikan langsung dengan teks;
(b)   Jarak antara baris dengan baris dua spasi;
(c)    Kutipan itu diapit dengan tanda kutip;
(d)   Sesudah kutipan selesai, diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas, atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.
2.      Kutipan langsung yang lebih dari empat baris
Caranya:
(a)    Kutipan itu dipisahkan dari teks dalam jarak 2,5 spasi;
(b)   Jarak antara baris dengan baris kutipan satu spasi;
(c)    Kutipan boleh atau tidak diapit dengan tanda kutip;
(d)   Sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas, atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, thun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.
3.      Kutipan tak langsung
Dalam kutipan tak langsung biasanya inti sari pendapat itu yang dikemukakan. Oleh karena itu tidak boleh mempergunakan kutipan
Syarat-syarat yang harus diperhatikan:
(a)    Kutipan itu diintegrasikan dengan teks;
(b)   Jarak antar baris dua spasi;
(c)    Kutipan tidak diapit dengan tanda kutip;
(d)   Sesudah dikutip diberi nomor penunjukkan, atau memberi keterangan tentang di dalam kurung.
4.      Kutipan pada catatan kaki
Kutipan selalu ditempatkan dalam spasi rapat, biarpun kutipan itu singkat saja dan memakai tanda kutip tepat seperti teks aslinya.
5.      Kutipan atas ucapan lisan
Jika penulis ingin mengutip ucapan-ucapan lisan dari seseorang, sebaiknya diperlihatkan terlebih dahulu naskah kutipan itu kepada yang memberi keterangan guna pengesahannya.

Cara membuat catatan kaki:
1.      Referensi kepada buku dengan seorang pengarang
Caranya:
(a)    Nama pengarang ditulis lengkap, tidak dibalik (karena referensi yang pertama kali);
(b)   Antara nama pengarang dengan dan judul buku dipergunakan tanda koma. Antara judul buku dan data publikasi tidak ada titik atau koma;
(c)    Tempat dan tahun terbit ditempatkan dalam tanda kurung; penerbit tidak perlu diikut-sertakan.
Contoh:
12 F. Graebner, Etnologi in die Kultur der Gegenwart (Leipziq, 1923), hal. 544
2.      Referensi kepada buku dengan dua atau tiga pengarang
Caranya: 
(a)    Nama penerbit dimasukkan, sebab itu antara nama tempat dan penerbit diberi titik dua
(b)   Yang lain-lain seperti pada poin 1.
Contoh:
5 L. Gottschalk, C. Kluckhohn, R. Anggel, The Use of Personal documents in Histroy Anthropology and Sociology (New York: Social Science Research Council, 1945), hal. 82 - 173
3.      Referensi kepada buku dengan banyak pengarang
Caranya:
(a)    Hanya nama pengarang pertama yang disebut, nama-nama lainnya diganti dengan singkatan et al.;
(b)   Antara nama pengarang dan singkatan et sl., serta antara singkatan et al. Dan judul buku diberi tanda pemisah koma.
Contoh:
7 Alton C. Morris, et al., College English, the first year (New York, 1964), hal. 51 - 56
4.      Jika edisi berikutnya mengalami perubahan
Caranya:
(a)    Keterangan tentang ulang-cetak atau edisi yang diperbaharui diletakkan dalam kurung sebelum tempat terbit;
(b)   Antara tempat terbit dan keterangan tentang ulang-cetak atau edisi yang diperbaharui diberi tanda pemisah berupa titik koma.
Contoh:
8 H. A. Gleason, An Introduction to Descriptive Linguistics (re. Ed.; New York, 1961), hal. 56
5.      Buku yang terdiri dari dua jilid atau lebih
(a)    Keterangan tentang nomor jilid ditempatkan dalam kurung sebelum tempat terbit, atau
(b)   Ditempatkan di luar tanda kurung sebelum nomor halaman;
(c)    Nomor jilid selalu dengan angka Romawi sedangkan  nomor halaman dengan angka Arab.
Contoh:
9A.H. Lightstone, Concepts of Calculus (New York: Harper & Row, 1966), I, 75


E.     SINGKATAN-SINGKATAN DALAM CATATAN KAKI
Singkatan yang paling penting yang harus diketahui dalam catatan kaki adalah:
1.      Ibid. : berasal dari kata Latin ibidem yang berarti pada tempat yang sama. Dipergunakan jika catatan kaki yang berikut merujuk kepada karya atau artikel yang telah disebut dalam catatan nomor sebelumnya. Jika halamannya sama, maka hanya dipergunakan singkatan ibid.; tetapi jika halamannya berbeda, maka sesudah singkatan ibid. dicantumkan pula nomor halamannya. Singkatan ibid. selalu dicetak dengan huruf miring.
2.      Op. Cit. : berasal dari kata Latin Opere Citato yang berarti pada karya yang telah dikutip. Dipergunakan jika catatan kaki itu merujuk kembali kepada sumber yang telah disebut lebih dahulu, tetapi diselingi oleh sumber lain. Dalam hal ini sesudah nama pengarang dicantumkan singkatan Op. Cit. Jika ada nomor halaman, maka dicantumkan setelah singkatan tersebut.
3.      Loc. Cit. : berasal dari kata Latin Loco Citato yang berarti pada tempat yang telah dikutip. Dipakai untuk menyebut atau menunjuk kepada sebuah atikel majalah, harian, atau ensiklopedi yang telah disebut sebelumnya, tetapi diselingi oleh sumber lainnya. Karena artikel itu merupakan sebagian dari buku, majalah, atau ensiklopedi, maka ia tidak merupakan sebuah karya atau opus. Sebab itu hanya dipergunakan kata Locus yang berarti tempat.




BAB III
APLIKASI
Aplikasi Kutipan
1.      Kutipan langsung yang tidak lebih dari empat baris
Sumber : Islam Di Hujat
Hal : 57 (Paragraf 3)

Di sini Dr. Robert Morey kurang begitu memahami sejarah dan bahasa Arab dengan mengatakan: “Kata Islam adalah kata Arab yang aslinya merujuk kepada sifat kejantanan dan mendiskripsikan seorang yang gagah berani dan jantan dalam pertempuran13.

2.      Kutipan langsung yang lebih dari empat baris
Sumber : Islam Di Hujat
Hal : 80 – 81 (Paragraf 3)

Untuk memperkuat hujatan tentang dewa bulan Dr. Robert Morey berusaha menafikan pemakaian kata “Allah” dikalangan kristen dalam Bible, dengan mengatakan:

            “Padahal alkitab sudah selessai ditulis jauh-jauh hari sebelum Muhammad lahir, jadi bagaimana mungkin alkitab berbicara tentang Allah dari Muhammad.  Dalam kenyataannya, sebutan nama Allah pun tidak pernah keluar dari bibir para penulis kitab. Sampai zaman Muhammad, Allah adalah nama salah satu dari dewa-dewa berhala, nama Allah dikenal secara khusus sebagai nama dewa bulan yang menjadi sesembahan orang Arab pada zaman itu.5



3.      Kutipan tak langsung
Sumber : Islam Di Hujat
Hal : 127 – 128 (Paragraf 4)

            Berdasarkan al-Quran, hak dasar berikut ini sudah dijamin secara hukum selama 1400 tahun sampai sekarang: hak hidup, hak jasmaniah untuk tidak diganggu, hak untuk mendapatkan perilaku setara, atau non diskriminasi, hak atas keyakinan, hak atas mempertahankan kebebasan hati nurani, hak perkawinan, hak mendapat pengadilan hukum, hak untuk dinyatakan tidak bersalah sebelum terbukti sebaliknya hak untuk tidak medapatkan hukuman tanpa ancaman hukuman sebelumnya, hak perlindungan dari siksaan, dan hak suaka.28

4.      Kutipan pada catatan kaki
Sumber : Islam Di Hujat
Hal : 144

4 Dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. Bersabda: “Fitrah itu ada lima (atau lima macam dari fitrah): Khitan, bercukur, memotong kuku, mencabut (bulu) ketiak, dan memotong kumis.” Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih Muslim, Daar al-Fikr, Beirut, 1992, vol. I, hal.135

5.      Kutipan atas ucapan lisan
Sumber : Komposisi
Hal : 189

Dalam menjawab noya Keuangan & RAPBD Daerah Khusus Ibukota tahun 1973, Gubernur Ali Sadikin mengatakan: “...Tetapi apabila kita jujur berkenan melihat persoalan itu pada perspektif yang lebih luas dan pada proporsi yang wajar, maka akan terlihat bahwa kepentingan umum memang benar menuntut adanya pengorbanan-pengorbanan itu...”

Aplikasi Catatan Kaki

Sumber: Islam Di Hujat
Hal: 314

1 Dr. Muhammad Ataur Rahim, Misteri Yesus dalam Sejarah, Pustaka Dai, th. 1994, hal. 61-63
2 Robert Morey, The Islamic Invasion – Confronting the World’s Fastest Growing Relegion, Scholars Press, Las Vegas, 1991, hal. 74
3 Robert Morey, Ibid, hal. 75
4 Lihat Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad
5 Robert Morey, op. cit., hal 76



BAB IV
REFLEKSI DAN SIMPULAN
Refleksi dari Kutipan:
1.      Kutipan di atas (aplikasi no.1) sudah benar karena diintegrasikan dengan teks, jarak antara baris dengan baris dua spasi, kemudian kutipan itu diapit dengan tanda kutip dan sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas.
2.      Kutipan di atas (aplikasi no.2) sudah benar karena dipisahkan dari teks dalam jarak 2,5 spasi, jarak antara baris dengan baris kutipan satu spasi, kemudian kutipan itu boleh atau tidak diapit dengan tanda kutip dan sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas.
3.      Kutipan di atas (aplikasi no.3) sudah benar karena kutipan tersebut diintegrasikan dengan teks, jarak antara baris dua spasi, kemudian kutipan tidak diapit dengan tanda kutip dan sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas.
4.      Kutipan di atas (aplikasi no.4) sudah benar karena penulisannya memakai spasi rapat, walaupun kutipan itu singkat saja, kemudian kutipan itu selalu dimasukkan dalam tanda kutip, dan dikutip tepat seperti teks aslinya.
5.      Kutipan di atas (aplikasi no.5) sudah benar karena keterangan mengenai sumber dan kesempatan sumber itu diucapkan dengan diintegrasikan dengan teks.

Refleksi dari Catatan Kaki:
1.      Aplikasi pada catatan kaki no.1 secara keseluruhan sudah benar, tetapi akan lebih sempurna jika judul buku dibuat dengan huruf miring
2.      Aplikasi pada catatan kaki no.2  secara keseluruhan sudah benar, tidak memakai tanda titik, tetapi pada “hal” akan lebih baik diberi tanda titik, dan judul buku memakai huruf miring.
3.      Aplikasi pada catatan kaki no.3 sudah benar, memakai Ibid, karena sama dengan sebelumnya (catatan kaki no.2) dan memakai nomor halaman karena berbeda dengan nomor halaman sebelumnya, tetapi akan lebih sempurna jika tulisan Ibid, ditulis dengan memakai huruf mering
4.      Aplikasi catatan kaki no.4 belum sempurna karena tidak mencantumkan tahun terbit dan nomor halamannya
5.      Aplikasi catatan kaki no.5 memakai Op. Cit, karena sumbernya sama dengan catatan kaki sebelumnya tetapi sudah dibatasi oleh catatan kaki yang lainnya, akan lebih sempurna jika penulisan huruf Op. Cit ditulis dengan huruf miring

Simpulan:
      Kutipan dan Catatan Kaki banyak digunakan sebagai penjelas atau keterangan-keterangan dalam sebuah karya ilmiah, seperti penggunaan kutipan digunakan untuk menunjang pendapat seseorang dalam sebuah karya ilmiah dan catatan kaki digunakan untuk menunjuk sumber tempat terdapatnya sebuah kutipan dan dipakai juga untuk memberi keterangan-keterangan lainnya terhadap teks     
     

 

DAFTAR PUSTAKA
Keraf, Gorys, Prof. Dr.  1994. Komposisi. Ende: Nusa Indah