Jumat, 12 Juli 2013

Makalah Motivasi



PENDAHULUAN

            Tugas seorang guru memang tidak lepas dari pekerjaan mendidik, mengajar, dan melatih. Ini artinya, profesi mendidik untuk meneruskan nilai hidup, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mengembangkan keterampilan siswa.
“Begitupun guru jangan Cuma menjadi sumber ilmu pengetahuan, namun juga sebagai pengajar nilai moral, dan tidak membunuh karakter siswa yang kurang secara akademis menjadi rendah diri. Jadilah guru yang memotivasi, motivator buat siswanya.”[1]
            Guru tentunya juga memiliki peran-peran tertentu kaitannya dengan manajemen sekolah dalam proses belajar mengajar. Peranan dan kompetensi guru dalam proses pembelajaran antara lain: guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, perencana, supervisor, motivator, dan konselor.
            Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri sendiri.[2]
            Guru tidak hanya bertugas mentransfer materi pelajaran, tapi juga mendidik, yang di dalamnya ada memotivasi siswa untuk berprestasi. Dengan kata lain, guru harus berperan sebagai seorang motivator. Guru harus mampu memotivasi para siswanya. Menjadi guru memang tugas yang sangat berat. Jika guru berperan sebagai motivator, dia tidak hanya menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga mampu mengubah sikap dan perilaku siswa ke arah yang lebih baik. Tipe guru seperti ini yang saat ini dibutuhkan.
            Karena guru sebagai motivator, maka seorang guru harus bisa memberikan dorongan kepada semua siswanya untuk bersikap dan berprilaku positif. Guru harus bisa mengubah siswanya, misalnya yang tadinya tidak punya semangat belajar, menjadi semangat belajar, malas menjadi rajin, dan sebagainya. Guru memang bukan malaikat. Guru pun punya kekurangan dan keterbatasan. Semua itu hanya ikhtiar belaka. Berhasil atau tidak itu tergantung Allah SWT yang menetukan.[3]


PEMBAHASAN

A.      Pengertian Motivasi
Secara etimologi motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere, yang artinya berpindah. Makna dari movere adalah merefleksikan segala ide kita dalam bertindak sesuatu, seperti dalam menjaga kekonsostensian bekerja atau belajar, dan membantu kita dalam menyelesaikan tugas tertentu. Sedangkan secara harfiah motivasi merupakan dorongan yang timbul pada diri seseorang yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.[4]
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.[5] Seseorang guru harus dapat menimbulkan motivasi anak. Motivasi ini  sebenarnya banyak dipergunakan dalam berbagai bidang dan situasi, tetapi dalam pembahasan ini diarahkan kepada bidang kependidikan, khususnya bidang proses pembelajaran.
Menurut Crider, motivasi adalah sebagai abstrak keinginan yang timbul dari seseorang dan langsung ditujukan kepada suatu objek.[6] Sedangkan menurut S. Nasution, motivasi adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga anak itu mau melakukan apa yang dapat dilakukannya.[7]
Beberapa eksperimen membuktikan adanya peranan motivasi (dorongan) yang sangat besar untuk membangkitkan aktivitas dan gairah belajar. Richard A. Vear (1958, 1973, 1978) mengemukakan, motivasi yang sangat dimiliki seseorang akan menetukan keberhasilan suatu pekerjaan sekalipun aktivitas tersebut ditunjuk oleh pembawaan, bakat, dan keterampilan.[8]
Menurut Hilgard, motivasi adalah suatu keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.[9] Motivasi belajar adalah motivasi yang timbul karena seseorang ingin mencapai hasil belajar yang tinggi, sehingga individu tertentu memiliki harapan mendaptkan prestasi yang tinggi.[10] Jadi dengan demikian, motivasi muncul dari dalam diri seseorang.[11]
B.       Prinsip – Prinsip Motivasi
Adapun prisip-prinsip motivasi tersebut adalah sebagai berikut:[12]
1.         Kebermaknaan
Peserta didika akan tertarik belajar jika materi yang dipelajari berguna atau penting baginya. Hal ini dikaitkan dengan kecenderungan yang ada dalam dirinya, seperti bakat, minat dan pengetahuan yang selama ini dimilikinya.
2.         Pengetahuan dan keterampilan prasyarat
Peserta didik akan dapat belajar dengan baik jika dia telah menguasai semua prasyarat baik berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap. Oleh karena itu siswa akan menggunakan pengetahuan siapnya untuk menafsirkan informasi dan pengalamannya. Penafsiran ini akan membangun pemahaman yang dipengaruhi oleh pengetahuan siap tersebut.
3.         Model
Dalam psikologi dijelaskan bahwa peserta didik ingin mengidentifikasikan diri kepada orang yang disayangi, dan dikaguminya. Untuk itu ia membutuhkan model untuk ditiru (uswatun hasanah). Peserta didik akan menguasai keterampilan baru dengan baik jika guna dapat memberi teladan untuk ditiru.
4.         Komunikasi terbuka
Proses pembelajaran akan berjalan dengan baik jika ada komunikasi yang terbuka antara guru dengan peserta didik. Agar kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik, guru perlu melihat kondisi peserta didik, baik dalam hal pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki.
5.         Keaslian dan tugas yang menantang
Peserta didik akan termotivasi untuk belajar jika mereka disediakan materi, kegiatan baru atau gagasan murni/asli dan berbeda. Keaslian gagasan akan menambah konsentrasi pada pembelajaran.
6.         Latihan yang tepat dan aktif
Kegiatan pembelajaran akan berjalan dengan baik jika guru memberikan latihan yang sesuai dengan kemampuan peserta didik, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.
7.         Penilaian tugas
Peserta didik akan memperoleh pencapaian belajar yang efektif jika tugas dibagi dalam rentang waktu yang tidak terlalu panjang/lama dengan frekuensi pengulangan yang tinggi. Penilaian tidak harus dilakukan di kelas saja dengan mengerjakan tugas secara tertulis, namun penilaian tugas juga dapat dilakukan dengan melihat aktivitas di luar kelas, sehingga peserta didik tidak akan melakukan perbuatan yang menjadikannya dinilai jelek oleh guru karena aktivitasnya di luar kelas.[13]
8.         Kondisi dan konsekuensi yang menyenangkan
Peserta didik akan terdorong untuk terus belajar jika kegiatan pembelajaran diselenggarakan secara nyaman dan menyenangkan, sehingga peserta didik terlibat secara fisik dan psikis.
9.         Mengembangkan beragam kemampuan
Peserta didik akan belajar secara optimal jika pengalaman belajar yang disajikan dapat mengembangkan berbagai kemampuan seperti kemampuan logis matematis, bahasa, musik, kinestetik, dan kemampuan berinteraksi sesama peserta didik.
10.     Melibatkan sebanyak mungkin indera
Peserta didik akan menguasai hasil belajar dengan optimal jika dalam belajarnya dimungkinkan menggunakan sebanyak mungkin indera untuk berinteraksi dengan isi pembelajaran.
11.     Keseimbangan pengaturan pengalaman belajar
Peserta didik akan lebih menguasai materi pembelajaran jika pengalaman belajar diatur sedemikian rupa sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk membuat suatu refleksi penghayatan dan mengungkapkan serta mengevaluasi apa yang dia pelajari.[14]

C.       Komponen – Komponen Motivasi
Motivasi memiliki 2 komponen:
1.      Komponen dalam (inner component) yaitu, perubahan dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak puas, dan ketegangan psikologis
2.      Komponen luar (outer component) yaitu, apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya.[15]
 
D.      Cara Membangkitkan Motivasi Belajar Peserta Didik
Ada beberapa cara membangkitkan motivasi belajar peserta didik:
1.      Memperjelas tujuan yang ingin dicapai
Tujuan yang jelas dapat membuat peserta didik paham ke arah mana ia ingin dibawa. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, maka akan semakin kuat motivasi belajar peserta didik
2.      Membangkitkan rasa ingin tahu atau minat peserta didik
Siswa akan terdorong manakala mereka memiliki minat untuk belajar. Oleh sebab itu, mengembangkan minat belajar siswa merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar. Beberapa cara untuk membangkitkan minat belajar peserta didik:
a.       Hubungan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan peserta didik. Minat peserta didik akan tumbuh manakala ia dapat menangkap bahwa materi pelajaranitu berguna untuk kehidupannya.
b.      Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan peserta didik.
c.       Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi.
3.      Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar
Peserta didik hanya mungkin dapat belajar dengan baik manakala ada dalam suasana yang menyenangkan, merasa aman, bebas dari rasa takut. Usahakan agar kelas selamanya dalam suasana hidup dan segar, terbebas dari rasa yang tegang. Untuk itu guru sekali-sekali dapat melakukan hal-hal yang lucu.
4.      Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan peserta didik
Motivasi akan tumbuh manakala peserta didik dihargai. Memberikan pujian yang wajar merupakansalah satu cara yang dapat dilakukan untuk memberikan penghargaan. Pujian tidak selamanya harus dengan kata-kata, justru ada anak yang tidak senang dengan kata-kata. Pujian sebagai pengahargaan dapat dilakukan dengan isyarat, misalnya senyuman, dan anggukan yang wajar, atau mungkin dengan tatapan mata yang menyakinkan.
5.      Berikan penilaian
Banyak peserta didik yang belajar karena ingin memperoleh nilai yang bagus. Untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian siswa nilai dapat menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan dengan segera agar peserta didik secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya. Penilaian harus dilakukan secara objektifsesuai dengan kemampuan peserta didik masing-masing.
6.      Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan peserta didik
Peserta didik butuh penghargaan. Penghargaan bisa dilakukan dengan memberikan komentar yang positif. Setelah peserta didik selesai mengerjakan suatu tugas, sebaiknya berikan komentar secepatnya. Komentar yang positif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
7.      Ciptakan persaingan dan kerjasama
Persaingan yang sehat dapat memberikan pengaruh yang baik untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa. Melalui persaingan peserta didik dimungkinkan berusahan dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik.[16]
8.      Kehangatan dan semangat
Guru hendaknya memiliki sikap yang ramah, penuh semangat, dan hangat dalam berinteraksi dengan peserta didik. Sikap demikian akan akan membangkitkan motivasi belajar, rasa senang, dan semangat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
9.      Mengemukakan ide yang bertentangan
Dikemukakan guru di sekolah dasar pada semua tingkatan kelas. Ide dan pernyataan yang dikemukakan perlu disesuaikan dengan tingkat kelas.[17]

E.       Fungsi Motivasi
Fungsi motivasi meliputi:
1.      Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.
2.      Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan.
3.      Motivasi berfungsi sebagi penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu pekerjaan.[18]

 F.        Nilai Motivasi Dalam Pengajaran
Adalah tanggung jawab guru agar pengajaran yang diberikannya berhasil dengan baik. Keberhasilan ini banyak bergantung pada usaha guru membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
Dalam garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut:
1.      Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya perbuatan belajar peserta didik. Belajar tanpa adanya motivasi kilnya sulit untuk berhasil.
2.   Pengajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada peserta didik. Pengajaran yang demikian sesuai dengan tuntutan demokrasi dalam pendidikan.
3.      Pengajaran yang bermotivasi menuntut kreativitas dan imajinasi guru untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan sesuai guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar peserta didik. Guru senantiasa berusaha agar murid-murid akhirnya memiliki self motivation yang baik.
4.      Berhasil atau gagalnya salah satu bagian yang integral dari pada asas-asas mengajar. Penggunaan motivasi dalam belajar buku apa saja melengkapi prosedur mengajar, tetapi juga menjadi faktor yang menentukan pengajaran yang efektif. Demikian penggunaan asas motivasi adalah sangat esensial dalam proses belajar mengajar.[19]
 

PENUTUP



Kesimpulan:
Sejalan dengan pergeseran makna pembelajaran dari pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher oriented) ke pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student oriented), maka peran guru dalam proses pembelajaran pun mengalami pergeseran, salah satunya adalah penguatan peran guru sebagai motivator.
Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga terbentuk perilaku belajar siswa yang efektif. Dalam perspektif manajemen maupun psikologi, kita dapat menjumpai beberapa teori tentang motivasi (motivation) dan pemotivasian (motivating) yang diharapkan dapat membantu para manajer (dalam artian guru) untuk mengembangkan keterampilannya dalam memotivasi para siswanya agar menunjukkan prestasi belajar atau kinerjanya secara unggul.
Kendati demikian, dalam praktiknya memang harus diakui bahwa upaya untuk menerapkan teori-teori tersebut atau dengan kata lain untuk dapat menjadi seorang motivator yang hebat bukanlah hal yang sederhana, mengingat begitu kompleksnya masalah-masalah yang berkaitan dengan perilaku individu (peserta didik), baik yang terkait dengan faktor-faktor internal dari individu itu sendiri maupun keadaan eksternal yang mempengaruhinya.
Adakalanya motivasi itu juga dapat dibangkitkan dengan cara-cara lain yang sifatnya negatif seperti memberikan hukuman, teguran, dan kecaman, memberikan tugas yang sedikit berat (menantang). Namun, teknik-teknik semacam itu hanya bisa digunakan dalam kasus-kasus tertentu. Beberapa ahli mengatakan dengan membangkitkan motivasi dengan cara-cara semacam itu lebih banyak merugikan siswa. Untuk itulah seandainya masih bisa dengan cara-cara yang positif, sebaiknya membangkitkan motivasi dengan cara negatif dihindari.
Salah satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia sendiri adalah pelajar. Ini berarti bahwa guru harus terus-menerus belajar. Dengan cara demikian, ia akan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan demonstrator sehingga mampu memeragakan apa yang diajarkannya secara didaktis. Maksudnya, agar apa yang disampaikanya itu betul-betul dimiliki oleh siswa. Juga hendaknya seorang guru mampu dan terampil dalam merumuskan dan memahami kurikulum, dan dia sendiri sebagai sumber belajar terampil dalam memberikan informasi kepada kelas. Sebagai pengajar, ia pun harus membantu perkembangan siswa untuk dapat menerima, memahami, serta menguasai ilmu pengetahuan. Untuk itu, guru hendaknya mampu memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan. Inilah fungsi hakiki guru sebagai sosok motivator.
Guru sebagai motivator juga harus mampu membimbing dan memberi semangat peserta didiknya dalam meraih sukses. Bersikap loyal dalam meningkatkan kualitas belajar peserta didiknya, memaksimalkan strategi pembelajaran, menggunakan media dan sumber yang ada, serta mendorong siswa dalam semua kegiatan sehingga siswa lebih percaya diri dalam meraih asanya. Dengan demikian, sosok guru sebagai pembimbing dan motivator sangat berperan untuk kemajuan pendidikan
 


DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke-4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Ramayulis. 2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia
Sanjaya, Wina. 2008. Stategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group



[1] Dikutip dari pernyataan seorang Psikolog asal Universitas Medan Area (UMA), Dra. Irna Minauli, MSi
[2] Arsip Harian Sumut Pos, di pos kan 7 Juli 2009
[3] http://m.tribunjabar.co.id
[4] KBBI, 2004
[5] Prof. Dr. Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), hal.158
[6] Andrew B. Crider, et, Al., Psichology, (London: Scott, Foresmen and Compeny, 1983), hal. 118
[7] S. Nasution, Asa-asas Mengajar, (Bandung: Jemmars tt), hal. 103
[8] Richard A. Fear, The Evaluation Interview (New York: Mc. Graw-Hill Book Company, tt), hal. 11
[9] Dr. Wina Sanjaya, M.Pd., Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), cet ke-5, ha. 29
[10] Pengertian ini sejalan dengan teori kebutuhan berprestasi atau Need for Acievement (N.Ach), yang dicetuskan oleh McClelland dalam tulisan Ahmad Sudrajat, M.Pd dalam All About Education (2008), yang menyatakan bahwa motivasi itu memiliki makn-makna yang berbeda-beda sesuaii dengan kekuatan kebutuhannya dalam mencapai prestasi.
[11] Wina Sanjaya, Op. Cit.
[12] Lihat, KBK. Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar, (Jakarta: Juskur, Balitbang. Depdiknas. 2002), hal.5
[13] Lihat, KBK. Kegiatan Pembelajaran fiqh, Depag. Dirjen. Bagais, Direktorat Madrasah dan PAI pada Sekolah Umum, Jakarta: 2003, hal. 15-16
[14] Prof. Dr. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), cet ke-4, hal.118-121
[15] Oemar Hamalik, Op. Cit., hal. 159
[16] Dr. Wina Sanjaya, Op. Cit., hal.29-31
[17] Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Pt Remaja Rosda Karya, 2009), cet ke-8, hal. 85-86
[18] Oemar Hamalik, Op. Cit., hal. 161
[19] Oemar Hamalik, Op. Cit., hal. 161-162

Tidak ada komentar:

Posting Komentar