Selasa, 09 April 2013

Makalah Portofolio



BAB I
PENDAHULUAN

Pembelajaran adalah suatu proses yang dinamis, berkembang secara terus-menerus sesuai dengan pengalaman siswa atau peserta didik. Semakin banyak pengalaman yang dilakukan siswa atau peserta didik, maka akan semakin kaya, luas, dan sempurna pengetahuan mereka.
Pengetahuan itu akan bermakna manakala diperoleh dari pengalaman melalui proses asimilasi dan akomodasi. Pengalaman yang diperoleh siswa dari hasil pemberitahuan orang lain seperti hasil dari penuturan guru, hanya akan mampir sesaat untuk diingat dan setelah itu dilupakan. Oleh sebab itu dalam konteks KBK, membelajarkan siswa tidak cukup hanya dengan memberitahukan akan tetapi mendorong siswa untuk melakukan suatu proses melalui berbagai aktivitas yang dapat mendukung terhadap pencapaian kompetensi.
Setiap aktivitas termasuk berbagai karya yang dihasilkan siswa dari suatu proses pembelajaran, perlu dimonitor, diberi komentar, dikritik dan diberi catatan perbaikan oleh setiap guru secara terus-menerus itulah pengalaman belajar siswa akan terus disempurnakan hingga pada akhirnya akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik dan lebih sempurna. Inilah hakikat pembelajaran melalui pengalaman. Teknik monitoring terhadap hasil kerja dan pengalaman siswa itulah yang kemudian dilaksanakan dalam penilaian portofolio. Oleh karena itu makalah ini akan menguraikan Pembelajaran Berbasis Portofolio.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Portofolio
Portofolio berasal dari bahasa Inggris “portfolio” yang artinya dokumen atau surat-surat. Dapat juga diartikan sebagai kumpulan kertas-kertas berharga dari suatu pekerjaan tertentu. Pengertian portofolio di sini adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan. Panduan-panduan ini beragam tergantung pada mata pelajaran dan tujuan penilaian portofolio.1
Portofolio dapat diartikan juga sebagai kumpulan karya siswa yang disusun secara sistematis dan terorganisir sebagai hasil dari usaha pembelajaran yang telah dilakukannya dalam kurun waktu tertentu.2 Biasanya portofolio merupakan karya terpilih dari seorang siswa, tetapi dalam model pembelajaran ini setiap portofolio berisi karya terpilih dari satu kelas siswa secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif memilih, membahas, mencari data, mengolah, menganalisa dan mencari pemecahan terhadap suatu masalah yang dikaji.3

B.     Teori Belajar yang Mendasari Pembelajaran Berbasis Portofolio
Model Pembelajaran Berbasis Portofolio adalah teori belajar konstruktivisme, yang pada prinsipnya menggambarkan bahwa si pelajar membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungannya.4
Prinsip yang paling umum dan paling esensial yang dapat diturunkan dari konstruktivisme, bahwa dalam merancang suatu pembelajaran adalah anak-anak (siswa) memperoleh banyak pengetahuan di luar sekolah (kelas). Pemberian pengalaman belajar yang beragam memberikan kesempatan siswa untuk mengelaborasikannya.



 
1 Arnie Fajar, Portofolio, (Bandung: PT Remaja Posdakarya, 2005), cet ke-4, h. 47
2 Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2008), cet ke-4, h. 195
3 Arnie Fajar, Op. Cit.
4  Kamii, dalam Poedjiadi, 1994.4. Ibid. h. 43
Pembelajaran konstruktivisme memperlihatkan bahwa pembelajaran merupakan proses aktif dalam membuat sebuah pengalaman menjadi masuk akal, dan proses ini sangat dipengaruhi oleh apa yang sudah diketahui orang sebelumnya. Oleh karena itu, dalam setiap kegiatan pembelajaran guru harus memperoleh, atau sampai pada, persamaan Pemahaman dengan peserta didik.5
Berdasarkan konstruktivisme sosial yang dikemukakan oleh Vygotsky pada dasarnya memandang bahwa dengan mengadakan diskusi atau mendengar pendapat orang lain seseorang membentuk pengetahuan atau mengubah pengetahuan yang sebelumnya telah dimilikinya. Konstruktivisme sosial inilah yang diterapkan dan dilakukan dalam Pembelajaran berbasis Portofolio.6
Pada hakikatnya dengan Pembelajaran Berbasis Portofolio, di samping memperoleh pengalaman fisik terhadap objek dalam pembelajaran, siswa juga memperoleh pengalaman atau terlibat secara mental. Pengalaman fisik dalam arti melibatkan siswa atau mempertemukan siswa dengan objek pembelajaran. Pengalaman mental dalam arti memperhatikan informasi awal yang telah ada pada diri siswa, dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk menyusun (merekonstruksi) sendiri-sendiri informasi yang diperolehnya.
Dalam Pembelajaran Berbasis Portofolio memungkinkan bagi siswa untuk:
1.      Berlatih memadukan antara konsep yang diperoleh dari penjelasan guru atau dari bacaan dengan penerapannya sehari-hari.
2.      Siswa diberi kesempatan untuk mencari informasi di luar kelas. Baik informasi yang sifatnya bacaan, penglihatan,7 maupun orang/pakar/tokoh.
3.      Membuat alternatif untuk mengatasi topik yang dibahas.
4.      Membuat suatu keputusan sesuai kemampuannya yang berkaitan dengan konsep yang telah dipelajarinya.
5.      Membuat perumusan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah dan mencegah timbulnya masalah yang berkaitan dengan topik yang dibahas.
5 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep Karakteristik dan Implementasi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2003), h. 239
6 Arnie Fajar, Op. Cit., h. 44
7 Penglihatan di sini maksudnya adalah objek langsung, TV, Radio dan Internet



Pembelajaran Berbasis Portofolio seperti memberi keragaman sumber belajar, dan memberikan keleluasaan kepada siswa untuk memilih sumber belajar yang sesuai kepada landasan masing-masing siswa. Dengan demikian baru akan diperoleh pembelajaran yang lebih efektif, dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator belajar.8

C.     Peranan Portofolio dalam Pembelajaran
1.      Portofolio Sebagai Model Pembelajaran.
Setiap portofolio harus memuat bahan-bahan yang menggambarkan usaha terbaik siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya, serta mencakup pertimbangan terbaiknya tentang bahan-bahan mana yang paling penting untuk ditampilkan. Tampilan portofolio berupa tampilan visual dan audio yang disusun secara sistematis, melukiskan proses berpikir yang didukung oleh seluruh data yang relevan. Secara utuh melukiskan “integrated learning experinces” atau pengalaman belajar yang terpadu dan dialami oleh siswa dalam kelas sebagai suatu kesatuan.
Pada dasarnya portofolio sebagai model pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan guru agar siswa memiliki kemampuan mengungkapkan dan mengekspresikan sebagai individu maupun kelompok.
Dalam hal ini ditetapkan langkah-langkah sebagai berikut:
1.    Mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat.
2.    Memilih suatu masalah untuk dikaji dikelas.
3.    Mengumpulkan informasi yang terkait dalam masalah yang dikaji.
4.    Membuat portofolio kelas.
5.    Menyajikan portofolio/dengar pendapat(show case)
6.    Melakukan refleksi dalam belajar.


 
8 (KBK, 2001:10), Arnie Fajar, Op. Cit., h. 45



Sumber belajar atau informasi dapat diperoleh dari:
1.    Manusia (pakar, tokoh agama, tokoh masyarakat dan lain-lain)
2.    Kantor penerbitan surat kabar, bahan tertulis
3.    Bahan terekam
4.    Bahan tersiar (TV, Radio)
5.    Alam sekitar
6.    Situs sejarah

Di situlah berbagai keterampilan  di kembangkan seperti membaca, mendengar pendapat orang lain, menyepakati, merumuskan, membagi tugas, merancang, menjelaskan, berargumentasi dan lain-lain.9

D.    Metode Yang Digunakan Dalam Portofolio
a.       Metode inkuiri
Inquiri pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang dialami.10 Strategi inquiri memberi peluang kepada peserta didik untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Ia lebih banyak ditantang untuk mencari, melakukan dan menetukan sendiri. Ia lebih produktif bukan reproduktif.
 Metode ini memiliki keunggulan terutama untuk mengembangkan kemampuan berpikir maupun pengetahuan, sikap dan nilai pada peserta didik dibanding dengan pendekatan klasikal atau tradisional. Bruner, menyebut model pembelajaran inkuiri dengan istilah discoveri learning. Menurutnya cara belajar yang terbaik adalah dengan memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan.11


 

9 Ibid., h. 47-48
10 E Mulyasa, Op. Cit., h. 235
11 Arnie Fajar, Op. Cit., h. 49

Tugas guru dalam konteks ini adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya kegiatan pembelajaran. Menurut A. Mury,12 seorang guru akan mampu membelajarkan peserta didik dengan efektif, apabila:
1.      Mampu menciptakan kondisi yang benar, yang berarti; (1) bangun dan ciptakan suasana hubungan yang positif antara guru dan murid, (2) visualisasikan tujuan, (3) tentukan hasil sasaran, (4) anggaplah kesalahan sebagai umpan balik, (5) ciptakan lingkungan belajar menarik dan menyenangkan bagi anak-anak.
2.      Presentasi singkat dan benar, dengan mengajak peserta didik berpartisipasi secara aktif. Untuk itu perhatikan dan gunakan semua gaya belajar dan semua kecerdasan dan otak peserta didik.
3.      Berpikir kreatif, berpikir kritis konseptual, analitis, reflektis, memecahkan masalah secara kreatif.
4.      Ekspresikan
5.      Praktikkan
6.      Lakukan evaluasi secara berkelanjutan dan tentu saja dalam pendekatan ini perlu didukung dengan berbagai metode yang tepat.

Prosedur penggunaan metode ini dapat dilakukan guru secara sederhana yaitu dengan memberikan sejumlah pertanyaan atau pernyataan kepada siswa. Selanjutnya siswa menjawab dengan menggunakan berbagai sumber belajar. Dalam menjawab pertanyaan maupun pernyataan tersebut siswa perlu mengadakan suatu pencarian sebagai bahan bukti bahwa jawaban yang mereka berikan adalah benar. Bukti-bukti itulah yang akan dijadikan sebagai portofolio yang berisi kumpulan dokumen berupa data yang diperoleh siswa dari berbagai sumber belajar baik dari buku atau media cetak, elektronik, maupun bersumber dari manusia.




 
12 A. Mury Yusuf, Strategi Pembelajaran dan Evaluasi Program (Perguruan Islam) Berbasis Budaya Minangkabau dan Barat,  disampaikan pada SEMILOKA Pesantren Bersejarah (Perguruan Islam) Minangkabau di Sumatera Barat, 17-19 Januari, 2001 di Bukit Tinggi, h. 3




b.      Metode E-Learning
E-Learning (electronic learning) yakni kegiatan pembelajaran melalui perangkat elektronik komputer yang tersambungkan ke internet, di mana peserta didik berupaya memperoleh bahan yang sesuai dengan kebutuhannya
Peserta didik dapat mencari dan menemukan informasi yang diperlukan dari sedemikian banyak sumber informasi dengan cara efektif dan efisien. Dengan strategi ini dimaksudkan untuk mengubah paradigma pendidikan dari perolehan tingkat pengetahuan dan keterampilan yang konstan setelah selesai mengikuti pendidikan, menjadi paradigma pengetahuan dan keterampilan yang selalu dapat diperbaharui dalam waktu singkat. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kemajuan sains dan teknologi, membanjirnya informasi ilmiah dalam dunia pendidikan, masuknya budaya asing, dan informasi lainnya yang ada dan berkembang dalam kehidupan masyarakat.
Dalam hal ini yang dituntut bukan hanya konsep yang didapat di dalam kelas, tetapi diperlukan adanya pengembangan dari konsep yang didapat oleh siswa atau peserta didik melalui alat elektronik, yaitu internet. Dengan bahan-bahan yang diperoleh, siswa lebih banyak mendapatkan informasi yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari, mengembangkannya dari berbagai sudut pandang dan akhirnya dapat membangun pengetahuannya lebih sempurna.
Penerapan metode ini antara lain dapat dilakukan dengan cara memberikan tugas kepada siswa untuk mencari informasi yang berkaitan dengan kompetensi dasar/topik yang sedang dipelajari/dibahas selanjutnya siswa mempresentasikan hasil pencarian tersebut di kelas. Kumpulan hasil pencarian informasi yang ditemukan siswa itulah portofolio.13

c.       Metode VCT
VCT (Value Clarivication Technique) merupakan teknik atau cara mengungkapkan nilai. Nilai yang dimaksud adalah nilai-nilai yang terdapat dalam suatu pokok bahasan, cerita, nyayian/lagu, peristiwa/kejadian, tempat, perbuatan atau perilaku dan sebagainya.

 

13 Arnie Fajar, Op. Cit., h. 49-50

Metode ini dapat diterapkan oleh guru dengan cara:
1.      Siswa diberi tugas untuk mencari sesuatu yang dapat dianalisa, seperti cerita, hasil reportasi/liputan, mengamati secara akurat/seksama atas suatu kejadian, kemudian menganalisa nilai-nilat tersebut dan hasil analisa dikumpulkan sehingga menjadi portofolio.
2.      Guru menyiapkan daftar baik-buruk, daftar tingkat urutan, daftar skala prioritas, daftar gejala kontinu (yang terus menerus), daftar penilaian diri sendiri, dan daftar membaca perkiraan orang lain terhadap diri kita. Siswa diminta untuk menjawab dalam kertas-kertas yang akhirnya dikumpulkan oleh guru sebagai portofolio siswa.14


E.     Jenis Portofolio Dalam Model Pembelajaran
Ada 2 jenis Portofolio dalam Model Pembelajaran, yaitu:
1.      Portofolio tayangan (tampilan)
Portofolio tayangan pada umumnya berbentuk segi empat sama sisi (bujur sangkar) berjajar dan dapat berdiri sendiri tanpa penyangga. Namun tidak menutup kemungkinan berbentuk lain, seperti segi tiga sama sisi, lingkaran, oval dan sebagainya sesuai daya kreativitas siswa, dengan syarat tetap komunikatif. Portofolio tanyangan berukuran kurang lebih 100 cm untuk bentuk bujur sangkar, dan bentuk lainnya menyesuaikan; terbuat dari kardus/papan/gabus/sterofom atau bahan lainnya. Perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan hendaknya memperhitungkan kekuatan /keawetannya sehingga tidak mudah rusak.14
2.      Portofolio dokumentasi
Portofolio dokumentasi berisi bahan-bahan terpilih yang didapat siswa dari literature/buku, kliping dari koran/majalah, hasil wawancara dengan berbagai sumber, Radio/TV, foto, gambar, grafik, petikan dari sejumlah publikasi pemerintah/swasta, kebijakan
 
14 Ibid., h. 51


dari pemerintah, observasi lapangan dan lain-lain. Pada prinsipnya portofolio dokumentasi merupakan bukti bahwa telah dilaksanakan penelitian.
Kumpulan bahan-bahan tersebut dikemas dalam map ordner atau sejenisnya yang disusun secara sistematis mengikuti langkah-langkah/urutan portofolio dokumentasi, yaitu map ordenr 1 berisi penjelasan masalah, map ordner 2 berisi kebijakan-kebijakan alternatif untuk mengatasi masalah, map ordner 3 berisi satu kebijakan alternatif untuk mengatasi masalah, map ordenr 4 berisi rencana tindakan yang akan dilakukan oleh kelompok berdasarkan kesepakatan kelas.
Manfaat dari portofolio dokumentasi selain sebagai bukti telah melaksanakan penelitian, juga dimaksudkan untuk mendukung dan melengkapi portofolio tayangan, karena tidak semua bahan dapat dituangkan pada portofolio tayangan.





 
BAB III
KESIMPULAN

            Dari beberapa pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Berbasis Portofolio menuntut seorang siswa atau peserta didik untuk lebih mengembangkan ilmu pengetahuannya dengan berbagai macam proses dan berinteraksi dengan lingkungannya, tidak kaku dalam menerima semua perubahan atau kemajuan dalam bidang pendidikan.
Pembelajaran yang dilakukan oleh siswa atau peserta didik adalah pembelajaran yang bersifat dinamis, berkembang secara terus-menerus sesuai dengan pengalaman siswa atau peserta didik. Oleh karena itu, setiap aktivitas termasuk berbagai karya yang dihasilkan siswa atau peserta didik, perlu dimonitor, diberi komentar, dikritik dan diberikan catatan perbaikan, atau penilaian dalam bentuk portofolio, agar pada akhirnya akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik dan sempurna.


 
DAFTAR PUSTAKA

Ramayulis. 2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia
Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Fajar, Arnie. 2005. Portofolio. Bandung: PT Remaja Posdakarya
Sanjaya, Wina. 2008. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Mulyasa, E. 2003. KBK, Konsep Karakteristik dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosda Karya Offset.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar