BAB I
PENDAHULUAN
Pembelajaran
adalah suatu proses yang dinamis, berkembang secara terus-menerus sesuai dengan
pengalaman siswa atau peserta didik. Semakin banyak pengalaman yang dilakukan
siswa atau peserta didik, maka akan semakin kaya, luas, dan sempurna
pengetahuan mereka.
Pengetahuan
itu akan bermakna manakala diperoleh dari pengalaman melalui proses asimilasi
dan akomodasi. Pengalaman yang diperoleh siswa dari hasil pemberitahuan orang
lain seperti hasil dari penuturan guru, hanya akan mampir sesaat untuk diingat
dan setelah itu dilupakan. Oleh sebab itu dalam konteks KBK, membelajarkan
siswa tidak cukup hanya dengan memberitahukan akan tetapi mendorong siswa untuk
melakukan suatu proses melalui berbagai aktivitas yang dapat mendukung terhadap
pencapaian kompetensi.
Setiap
aktivitas termasuk berbagai karya yang dihasilkan siswa dari suatu proses
pembelajaran, perlu dimonitor, diberi komentar, dikritik dan diberi catatan
perbaikan oleh setiap guru secara terus-menerus itulah pengalaman belajar siswa
akan terus disempurnakan hingga pada akhirnya akan menghasilkan sesuatu yang
lebih baik dan lebih sempurna. Inilah hakikat pembelajaran melalui pengalaman.
Teknik monitoring terhadap hasil kerja dan pengalaman siswa itulah yang
kemudian dilaksanakan dalam penilaian portofolio. Oleh karena itu makalah ini
akan menguraikan Pembelajaran Berbasis Portofolio.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Portofolio
Portofolio
berasal dari bahasa Inggris “portfolio” yang artinya dokumen atau
surat-surat. Dapat juga diartikan sebagai kumpulan kertas-kertas berharga dari
suatu pekerjaan tertentu. Pengertian portofolio di sini adalah suatu kumpulan
pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut
panduan-panduan yang ditentukan. Panduan-panduan ini beragam tergantung pada
mata pelajaran dan tujuan penilaian portofolio.1
Portofolio
dapat diartikan juga sebagai kumpulan karya siswa yang disusun secara
sistematis dan terorganisir sebagai hasil dari usaha pembelajaran yang telah
dilakukannya dalam kurun waktu tertentu.2 Biasanya portofolio
merupakan karya terpilih dari seorang siswa, tetapi dalam model pembelajaran
ini setiap portofolio berisi karya terpilih dari satu kelas siswa secara
keseluruhan yang bekerja secara kooperatif memilih, membahas, mencari data,
mengolah, menganalisa dan mencari pemecahan terhadap suatu masalah yang dikaji.3
B. Teori
Belajar yang Mendasari Pembelajaran Berbasis Portofolio
Model
Pembelajaran Berbasis Portofolio adalah teori belajar konstruktivisme, yang
pada prinsipnya menggambarkan bahwa si pelajar membentuk atau membangun
pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungannya.4
Prinsip
yang paling umum dan paling esensial yang dapat diturunkan dari
konstruktivisme, bahwa dalam merancang suatu pembelajaran adalah anak-anak
(siswa) memperoleh banyak pengetahuan di luar sekolah (kelas). Pemberian
pengalaman belajar yang beragam memberikan kesempatan siswa untuk
mengelaborasikannya.
1 Arnie
Fajar, Portofolio, (Bandung: PT Remaja Posdakarya, 2005), cet ke-4, h. 47
2 Wina
Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta:
Kencana, 2008), cet ke-4, h. 195
3 Arnie
Fajar, Op. Cit.
4 Kamii, dalam Poedjiadi, 1994.4. Ibid. h. 43
Pembelajaran
konstruktivisme memperlihatkan bahwa pembelajaran merupakan proses aktif dalam
membuat sebuah pengalaman menjadi masuk akal, dan proses ini sangat dipengaruhi
oleh apa yang sudah diketahui orang sebelumnya. Oleh karena itu, dalam setiap
kegiatan pembelajaran guru harus memperoleh, atau sampai pada, persamaan
Pemahaman dengan peserta didik.5
Berdasarkan
konstruktivisme sosial yang dikemukakan oleh Vygotsky pada dasarnya
memandang bahwa dengan mengadakan diskusi atau mendengar pendapat orang lain
seseorang membentuk pengetahuan atau mengubah pengetahuan yang sebelumnya telah
dimilikinya. Konstruktivisme sosial inilah yang diterapkan dan dilakukan
dalam Pembelajaran berbasis Portofolio.6
Pada
hakikatnya dengan Pembelajaran Berbasis Portofolio, di samping memperoleh
pengalaman fisik terhadap objek dalam pembelajaran, siswa juga memperoleh
pengalaman atau terlibat secara mental. Pengalaman fisik dalam arti melibatkan
siswa atau mempertemukan siswa dengan objek pembelajaran. Pengalaman mental
dalam arti memperhatikan informasi awal yang telah ada pada diri siswa, dan
memberikan kebebasan kepada siswa untuk menyusun (merekonstruksi)
sendiri-sendiri informasi yang diperolehnya.
Dalam
Pembelajaran Berbasis Portofolio memungkinkan bagi siswa untuk:
1. Berlatih
memadukan antara konsep yang diperoleh dari penjelasan guru atau dari bacaan
dengan penerapannya sehari-hari.
2. Siswa
diberi kesempatan untuk mencari informasi di luar kelas. Baik informasi yang
sifatnya bacaan, penglihatan,7 maupun orang/pakar/tokoh.
3. Membuat
alternatif untuk mengatasi topik yang dibahas.
4. Membuat
suatu keputusan sesuai kemampuannya yang berkaitan dengan konsep yang telah
dipelajarinya.
5. Membuat perumusan yang
akan dilakukan untuk mengatasi masalah dan mencegah timbulnya masalah yang
berkaitan dengan topik yang dibahas.
5 E.
Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep Karakteristik dan
Implementasi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2003), h. 239
6 Arnie
Fajar, Op. Cit., h. 44
7 Penglihatan
di sini maksudnya adalah objek langsung, TV, Radio dan Internet
Pembelajaran
Berbasis Portofolio seperti memberi keragaman sumber belajar, dan memberikan
keleluasaan kepada siswa untuk memilih sumber belajar yang sesuai kepada
landasan masing-masing siswa. Dengan demikian baru akan diperoleh pembelajaran yang
lebih efektif, dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator belajar.8
C. Peranan
Portofolio dalam Pembelajaran
1. Portofolio
Sebagai Model Pembelajaran.
Setiap portofolio harus memuat
bahan-bahan yang menggambarkan usaha terbaik siswa dalam mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan kepadanya, serta mencakup pertimbangan terbaiknya
tentang bahan-bahan mana yang paling penting untuk ditampilkan. Tampilan
portofolio berupa tampilan visual dan audio yang disusun secara sistematis,
melukiskan proses berpikir yang didukung oleh seluruh data yang relevan. Secara
utuh melukiskan “integrated learning experinces” atau pengalaman belajar
yang terpadu dan dialami oleh siswa dalam kelas sebagai suatu kesatuan.
Pada dasarnya portofolio sebagai
model pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan guru agar siswa memiliki
kemampuan mengungkapkan dan mengekspresikan sebagai individu maupun kelompok.
Dalam hal ini ditetapkan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi
masalah yang ada di masyarakat.
2. Memilih
suatu masalah untuk dikaji dikelas.
3. Mengumpulkan
informasi yang terkait dalam masalah yang dikaji.
4. Membuat
portofolio kelas.
5. Menyajikan portofolio/dengar
pendapat(show case)
6. Melakukan
refleksi dalam belajar.
8 (KBK,
2001:10), Arnie Fajar, Op. Cit., h.
45
Sumber belajar atau informasi dapat
diperoleh dari:
1. Manusia
(pakar, tokoh agama, tokoh masyarakat dan lain-lain)
2. Kantor
penerbitan surat kabar, bahan tertulis
3. Bahan
terekam
4. Bahan
tersiar (TV, Radio)
5. Alam
sekitar
6. Situs
sejarah
Di
situlah berbagai keterampilan di
kembangkan seperti membaca, mendengar pendapat orang lain, menyepakati, merumuskan,
membagi tugas, merancang, menjelaskan, berargumentasi dan lain-lain.9
D. Metode
Yang Digunakan Dalam Portofolio
a. Metode
inkuiri
Inquiri pada dasarnya adalah cara
menyadari apa yang dialami.10 Strategi inquiri memberi peluang
kepada peserta didik untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Ia lebih
banyak ditantang untuk mencari, melakukan dan menetukan sendiri. Ia lebih
produktif bukan reproduktif.
Metode ini
memiliki keunggulan terutama untuk mengembangkan kemampuan berpikir maupun
pengetahuan, sikap dan nilai pada peserta didik dibanding dengan pendekatan
klasikal atau tradisional. Bruner, menyebut model pembelajaran inkuiri dengan
istilah discoveri learning. Menurutnya cara belajar yang terbaik adalah
dengan memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif kemudian
dapat dihasilkan suatu kesimpulan.11
9 Ibid.,
h. 47-48
10 E
Mulyasa, Op. Cit., h. 235
11 Arnie
Fajar, Op. Cit., h. 49
Tugas guru dalam konteks ini adalah
menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya kegiatan pembelajaran.
Menurut A. Mury,12 seorang guru akan mampu membelajarkan peserta
didik dengan efektif, apabila:
1. Mampu
menciptakan kondisi yang benar, yang berarti; (1) bangun dan ciptakan suasana hubungan
yang positif antara guru dan murid, (2) visualisasikan tujuan, (3) tentukan
hasil sasaran, (4) anggaplah kesalahan sebagai umpan balik, (5) ciptakan
lingkungan belajar menarik dan menyenangkan bagi anak-anak.
2. Presentasi
singkat dan benar, dengan mengajak peserta didik berpartisipasi secara aktif.
Untuk itu perhatikan dan gunakan semua gaya belajar dan semua kecerdasan dan
otak peserta didik.
3. Berpikir
kreatif, berpikir kritis konseptual, analitis, reflektis, memecahkan masalah
secara kreatif.
4. Ekspresikan
5. Praktikkan
6. Lakukan
evaluasi secara berkelanjutan dan tentu saja dalam pendekatan ini perlu
didukung dengan berbagai metode yang tepat.
Prosedur
penggunaan metode ini dapat dilakukan guru secara sederhana yaitu dengan
memberikan sejumlah pertanyaan atau pernyataan kepada siswa. Selanjutnya siswa
menjawab dengan menggunakan berbagai sumber belajar. Dalam menjawab pertanyaan
maupun pernyataan tersebut siswa perlu mengadakan suatu pencarian sebagai bahan
bukti bahwa jawaban yang mereka berikan adalah benar. Bukti-bukti itulah yang
akan dijadikan sebagai portofolio
yang berisi kumpulan dokumen berupa data yang diperoleh siswa dari berbagai
sumber belajar baik dari buku atau media cetak, elektronik, maupun bersumber dari
manusia.
12 A. Mury
Yusuf, Strategi Pembelajaran dan Evaluasi Program (Perguruan Islam) Berbasis
Budaya Minangkabau dan Barat, disampaikan pada SEMILOKA Pesantren Bersejarah
(Perguruan Islam) Minangkabau di Sumatera Barat, 17-19 Januari, 2001 di Bukit
Tinggi, h. 3
b. Metode
E-Learning
E-Learning
(electronic learning) yakni kegiatan pembelajaran melalui perangkat elektronik
komputer yang tersambungkan ke internet, di mana peserta didik berupaya
memperoleh bahan yang sesuai dengan kebutuhannya
Peserta didik dapat mencari dan
menemukan informasi yang diperlukan dari sedemikian banyak sumber informasi
dengan cara efektif dan efisien. Dengan strategi ini dimaksudkan untuk mengubah
paradigma pendidikan dari perolehan tingkat pengetahuan dan keterampilan yang
konstan setelah selesai mengikuti pendidikan, menjadi paradigma pengetahuan dan
keterampilan yang selalu dapat diperbaharui dalam waktu singkat. Hal ini
dilakukan untuk mengantisipasi kemajuan sains dan teknologi, membanjirnya
informasi ilmiah dalam dunia pendidikan, masuknya budaya asing, dan informasi
lainnya yang ada dan berkembang dalam kehidupan masyarakat.
Dalam hal ini yang dituntut bukan
hanya konsep yang didapat di dalam kelas, tetapi diperlukan adanya pengembangan
dari konsep yang didapat oleh siswa atau peserta didik melalui alat elektronik,
yaitu internet. Dengan bahan-bahan yang diperoleh, siswa lebih banyak
mendapatkan informasi yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari,
mengembangkannya dari berbagai sudut pandang dan akhirnya dapat membangun
pengetahuannya lebih sempurna.
Penerapan metode ini antara lain
dapat dilakukan dengan cara memberikan tugas kepada siswa untuk mencari
informasi yang berkaitan dengan kompetensi dasar/topik yang sedang
dipelajari/dibahas selanjutnya siswa mempresentasikan hasil pencarian tersebut
di kelas. Kumpulan hasil pencarian informasi yang ditemukan siswa itulah
portofolio.13
c. Metode
VCT
VCT
(Value Clarivication Technique) merupakan teknik atau cara mengungkapkan
nilai. Nilai yang dimaksud adalah nilai-nilai yang terdapat dalam suatu pokok
bahasan, cerita, nyayian/lagu, peristiwa/kejadian, tempat, perbuatan atau
perilaku dan sebagainya.
13 Arnie Fajar, Op.
Cit., h. 49-50
Metode
ini dapat diterapkan oleh guru dengan cara:
1. Siswa
diberi tugas untuk mencari sesuatu yang dapat dianalisa, seperti cerita, hasil
reportasi/liputan, mengamati secara akurat/seksama atas suatu kejadian,
kemudian menganalisa nilai-nilat tersebut dan hasil analisa dikumpulkan
sehingga menjadi portofolio.
2. Guru
menyiapkan daftar baik-buruk, daftar tingkat urutan, daftar skala prioritas, daftar
gejala kontinu (yang terus menerus), daftar penilaian diri sendiri, dan daftar
membaca perkiraan orang lain terhadap diri kita. Siswa diminta untuk menjawab
dalam kertas-kertas yang akhirnya dikumpulkan oleh guru sebagai portofolio siswa.14
E. Jenis
Portofolio Dalam Model Pembelajaran
Ada
2 jenis Portofolio dalam Model Pembelajaran, yaitu:
1. Portofolio
tayangan (tampilan)
Portofolio tayangan pada umumnya
berbentuk segi empat sama sisi (bujur sangkar) berjajar dan dapat berdiri
sendiri tanpa penyangga. Namun tidak menutup kemungkinan berbentuk lain,
seperti segi tiga sama sisi, lingkaran, oval dan sebagainya sesuai daya
kreativitas siswa, dengan syarat tetap komunikatif. Portofolio tanyangan
berukuran kurang lebih 100 cm untuk bentuk bujur sangkar, dan bentuk lainnya
menyesuaikan; terbuat dari kardus/papan/gabus/sterofom atau bahan lainnya.
Perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan hendaknya memperhitungkan kekuatan
/keawetannya sehingga tidak mudah rusak.14
2. Portofolio
dokumentasi
Portofolio dokumentasi
berisi bahan-bahan terpilih yang didapat siswa dari literature/buku, kliping
dari koran/majalah, hasil wawancara dengan berbagai sumber, Radio/TV, foto,
gambar, grafik, petikan dari sejumlah publikasi pemerintah/swasta, kebijakan
14 Ibid., h. 51
dari
pemerintah, observasi lapangan dan lain-lain. Pada prinsipnya portofolio
dokumentasi merupakan bukti bahwa telah dilaksanakan penelitian.
Kumpulan bahan-bahan tersebut
dikemas dalam map ordner atau sejenisnya yang disusun secara sistematis
mengikuti langkah-langkah/urutan portofolio dokumentasi, yaitu map ordenr 1
berisi penjelasan masalah, map ordner 2 berisi kebijakan-kebijakan alternatif
untuk mengatasi masalah, map ordner 3 berisi satu kebijakan alternatif untuk
mengatasi masalah, map ordenr 4 berisi rencana tindakan yang akan dilakukan
oleh kelompok berdasarkan kesepakatan kelas.
Manfaat dari portofolio dokumentasi
selain sebagai bukti telah melaksanakan penelitian, juga dimaksudkan untuk
mendukung dan melengkapi portofolio tayangan, karena tidak semua bahan dapat
dituangkan pada portofolio tayangan.
BAB III
KESIMPULAN
Dari beberapa pembahasan yang telah
diuraikan, dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Berbasis Portofolio
menuntut seorang siswa atau peserta didik untuk lebih mengembangkan ilmu
pengetahuannya dengan berbagai macam proses dan berinteraksi dengan
lingkungannya, tidak kaku dalam menerima semua perubahan atau kemajuan dalam
bidang pendidikan.
Pembelajaran
yang dilakukan oleh siswa atau peserta didik adalah pembelajaran yang bersifat
dinamis, berkembang secara terus-menerus sesuai dengan pengalaman siswa atau
peserta didik. Oleh karena itu, setiap aktivitas termasuk berbagai karya yang
dihasilkan siswa atau peserta didik, perlu dimonitor, diberi komentar, dikritik
dan diberikan catatan perbaikan, atau penilaian dalam bentuk portofolio, agar
pada akhirnya akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik dan sempurna.
DAFTAR
PUSTAKA
Ramayulis.
2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia
Hamalik,
Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Fajar,
Arnie. 2005. Portofolio. Bandung: PT Remaja Posdakarya
Sanjaya,
Wina. 2008. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Mulyasa,
E. 2003. KBK, Konsep Karakteristik dan Implementasi. Bandung: Remaja
Rosda Karya Offset.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar