Selasa, 09 April 2013

Makalah Fase Perkembangan Anak Usia Dini dan Taman Kanak-Kanak



BAB I
PENDAHULUAN
           
Pada dasarnya perkembangan merujuk kepada perubahan sistematik tentang fungsi-fungsi fisik dan psikis. Perubahan fisik meliputi perkembangan biologis dasar sebagai hasil dari konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma), dan hasil dari interaksi proses biologi dan genenika dengan lingkungan. Sementara perubahan psikis menyangkut keseluruhan karakteristik psikologis individu, seperti perkembangan kognitif, emosi, sosial, dan moral.
Perkembangan dapat diartikan sebagai proses perubahan kuantitatif dan kualitatif individu dalam rentang kehidupannya, mulai dari masa konsepsi, masa bayi, masa kanak-kanak, masa anak, masa remaja, sampai masa dewasa.
Perkembangan dapat diartikan juga sebagai “suatu proses perubahan dari dalam diri individu atau organisme, baik fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan”.




BAB II
PEMBAHASAN
A.           Fase-Fase Perkembangan Anak Usia Dini
1.        Karakteristik Umum Anak Usia Dini
Usia dini merupakan masa perkembangan dan pertumbuhanyang sangat menentukan perkembangan masa selanjutnya. Erickson mengemukakan  bahwa “masa kanak-kanak merupakan gambaran manusia sebagai manusia. Perilaku yang berkelainan pada masa dewasa dapat dideteksi pada masa kanak-kanak”.[1]
Karakteristik Umum atau sifat-sifat Anak Usia Dini, sebagai berikut:
a.       Unik, artinya sifat anak itu berbeda satu sama lainnya.
b.      Egosentris, artinya anak lebih cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri.
c.       Aktif dan Energik, artinya anak lazimnya senang melakukan aktivitas.
d.      Rasa inigin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal
e.       Eksploratif dan berpetualang, maksudnya terdorong oleh rasa ingin tahu yang kuat, anak lazimnya menjelajah, mencoba dan mempelajari hal-hal baru.
f.       Spontan, artinya perilaku yang ditampilkan anak umumnya relatif asli dan tidak ditutup-tutupi sehingga merefleksikan apa yang ada dalam perasaan dan pikirannya.
g.      Senang dan kaya dengan fantasi, artinya anak senang dengan hal-hal yang imajinatif.
h.      Masih muda frustasi.
i.        Masih kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu.
j.        Daya perhatian yang pendek
k.      Bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari pengalaman
l.        Semakin menunjukkan minat terhadap teman[2]
2.        Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
Piaget berpendapat bahwa anak berada pada tahap atau periode  “Praoperasional”, yang deskripsi kemampuannya adalah sebagai berikut:
a.         Mampu berfikir dengan menggunakan simbol. Kemampuan ini merupakan subtahap pada praoperasional, yang terjadi kira-kira antara usia 2-4 tahun.
b.         Berpikirnya masih dibatasi oleh persepsinya.
c.         Berpikirnya masih kaku belum fleksibel
d.        Dapat mengelompokkan sesuatu berdasarkan satu dimensi, seperti kesamaan warna, bentuk dan ukuran.
e.         Dikatakan juga bahwa cara berpikirnya masih egocentrism, yaitu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif sendiri dengan perspektif orang lain.

3.        Beberapa Upaya Menfasilitasi Perkembangan Anak Usia Dini
Ada beberapa upaya yang seyogyanya diperhatikan atau dilakukan oleh orang tua atau guru dalam rangka membimbing atau memfasilitasi perkembangan potensi anak secara optimal.
Upaya-upaya tersebut adalah:
a.         Dari segi Fisik, yaitu Kesehatan, Motorik (kasar dan halus), Pemahaman tentang bagian dan fungsi tubuh. Upaya pengembangannya:
1)        Mengembangkan pemahaman dan sikap positif terhadap kondisi fisiknya;
2)        Menyediakan sarana untuk bermain atau berolahraga;
3)        Melatih olahraga dan keterampilan;
4)        Menjelaskan bagian-bagian dan fungsi tubuh;
5)        Menjelaskan keterbatasan tubuh;
6)        Mengembangkan kebiasaan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan tubuh.
b.         Dari segi intelektual, yaitu: keberbakatan atau kerativitas daya fikir, dan daya cipta. Upaya pengembangannya:
1)        Memberi contoh mendorong anak untuk gemar membaca;
2)        Mengenalkan lingkungan atau menstimulasi anak dengan berbagai informasi yang berada dalam lingkungannya;
3)        Mengenalkan angka, huruf, dan bangun geometri;
4)        Melatih anak untuk belajar berfikir sebab akibat;
5)        Membiasakan anak untuk berani mengungkapkan ide/ gagasan atau mengajukan pertanyaan;
6)        Melatih problem solving artinya bertanya jawab dengan anak tentang cara memecahkan masalah-masalah kehidupan sehari-hari;
7)        Mendorong kemandirian anak untuk melakukan tugas atau pekerjaannya sendiri;
8)        Mengembangkan kemampuan imajinatif atau daya cipta anak;
9)        Mengadakan program-program yang memberikan kesempatan kepada anak untuk berkompetisi;
10)    Mengidentifikasi kecerdasan anak melalui tes kecerdasan dan memanfaatkannya untuk layanan bimbingan;
11)    Mengenalkan kepada anak tentang produk-produk teknologi yang berhubungan dengan komunikasi informatika.
c.         Dari segi emosi, yaitu kecerdasan emosional. Upaya-upayanya:
1)        Menciptakan suasana emosional yang kondusif baik dirumah maupun di sekolah;
2)        Membicarakan tentang perasaan-perasaan baik diri sendiri maupun orang lain;
3)        Membicarakan tentang cara menyalurkan keinginan tanpa mengganggu perasaan orang lain;
4)        Mengembangkan sikap dan kebiasaan saling menyayangi dengan teman;
5)        Mengembangkan sikap positif (respek) terhadap diri sendiri dan orang lain;
6)        Menghormati pribadi anak;
7)        Memberikan penghargaan kepada anak yang menampilkan prilaku atau prestasi yang diharapkan.
d.        Dari segi sosial,yaitu kedesiplinan, sikap toleransi, sikap altruis (tolong-menolong), sikap kooperasi atau kolaborasi (kebiasaan berkerjasama). Upaya-upayanya:
1)        Menyusun tata tertib;
2)        Mengembangkan sikap dan kebiasaan untuk mentaati tata tertib dan menjelaskan alasan penerapannya;
3)        Mengembangkan sikap dan kebiasaan untuk saling menghormati, menolong, dan menjalin persahabatan;
4)        Memberikan informasi tentang adanya keragaman agama, budaya dan suku dalam masyarakat;
5)        Menyusun program yang melibatkan siswa dalam kegiatan kelompok;
6)        Menerangkan tata krama atau adat istiadat.
e.         Dari segi kesdaran beragama, yaitu: akidah, ibadah, dan akhlak. Upaya-upayanya:
1)        Memberikan contoh teladan;
2)        Mengenalkan rukun iman dan Islam;
3)        Mengenalkan kekuasaan Allahn melalui alam ciptaannya;
4)        Mengajarkan cara berwudhu;
5)        Mengajarkan bacaan dan gerakan-gerakan shalat;
6)        Membiasakan anak untuk melakukan shalat;
7)        Memberikan contoh, latihan, dan dorongan kepada anak untuk menghapal doa-doa dan surat-surat pendek;
8)        Mengajar tulis baca al-Quran kepada anak;
9)        Mengenalkan nama-nama dan tugas para malaikat dan nabi;
10)    Menceritakan riwayat para nabi;
11)    Mengembangkan kebiasaan anak untuk bersikap hormat kepada orang tua, guru, teman, dan orang lain;
12)    Mengembangkan sikap dan kebiasaan berakhlakul karimah;
13)    Mengembangkan sikap toleran terhadap yang menganut agama lain;
14)    Membiasakan anak untuk memelihara kebersihan dan kesehatan;
15)    Mengenalkan dan membiasakan anak untuk berpakaian yang sopan;
16)    Mengenalkan kepada anak tentang hal-hal yang diharamkan agama;
17)    Menyediakan sarana ibadah dan tempat berwudhu yang memadai di sekolah, sebagai laboratorium keagamaan bagi anak.






B.  Fase-Fase Perkembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak
1.      Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya. Pada usia ini banyak juga perubahan fisiologis, seperti:
a.       Pernapasan menjadi lebih lambat dan mendalam, dan
b.      Denyut jantung lebih lambat dan menetap[3]
Perkembangan fisik anak ditandai juga dengan berkembangnya kemampuan atau keterampilan motorik, baik yang kasar maupun yang lembut.

2.      Perkembangan Intelektual
Menurut Piaget,[4] perkembangan kognitif anak berada pada periode preoperasional yaitu tahapan dimana anak belum mampumenguasai operasimental secara logis. Yang dimaksud dengan operasi adalah kegiatan-kegiatan yang diselesaikan secara mental bukan fisik. Periode ini ditandai dengan berkembangnya representasional, atau “symbolic function”, yaitu kemampuan menggunakan sesuatu untuk merepresentasikan (mewakili) sesuatu yang lain dengan menggunakan simbol.[5]

3.      Perkembangan Emosional
Beberapa jenis emosi yang berkembang pada masa anak, yaitu sebagai berikut:
a.       Takut, yaitu perasaan terancam oleh suatu objek yang dianggap membahayakan.
b.      Cemas, yaitu perasaan takut yang bersifat khayalan, yang tidak ada objeknya.
c.       Marah, yaitu perasaan tidak senang, atau benci baik terhadap orang lain, diri sendiri, atau objek tertentu yang diwujudkan dalam bentuk verbal atau nonverbal.
d.      Cemburu, yaitu perasaan tidak senang terhadap orang lain yang dipandang telah merebut kasih sayang dari seseorang yang telah mencurahkan kasih sayang kepadanya.
e.       Kegembiraan, kesenangan, kenikmatan, yaitu perasaan yang positif, nyaman, karena terpenuhi keinginannya.
f.       Kasih sayang, yaitu perasaan senang untuk memberikan perhatian, atau perlindungan terhadap orang lain, hewan atau benda.
g.      Phobi, yaitu perasaan takut terhadap objek yang tidak patut ditakutinya (takut abnormal).
h.      Ingin tahu (curiosity), yaitu perasaan ingin mengenal, mengetahui segala sesuatu atau objek-objek, baik yang bersifat fisik maupun nonfisik.

4.      Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa anak usia prasekolah, dapat diklasifikasikan dua tahap yaitu sebagai berikut:
a.       Usia 2,0-2,6 tahun, bercirikan:
1)      Anak sudah bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna
2)      Anak sudah mampu memahami tentang perbandingan, misalnya burung pipit lebih kecil dari burung perkutut, anjing lebih besar dari kucing.
3)      Anak banyak menanyakan nama dan tempat: apa, di mana, dan dari mana.
4)      Anak sudah banyak menggunakan kata-kata yang berawalan dan yang berakhiran.
b.      Usia 2,6-6,0 tahun, bercirikan:
1)      Anak sudah dapat menggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimatnya.
2)      Tingkat berpikir anak sudah lebih maju, anak banyak menanyakan soal waktu – sebab akibat melalui pertanyaan-pertanyaan: kapan, ke mana, mengapa dan bagaimana.

5.      Perkembangan Sosial
Tanda-tanda perkembangan sosial pada anak, yaitu:
a.      Anak mulai mengetahui  aturan-aturan, baik di lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan bermain.
b.      Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan.
c.      Anak mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain.
d.     Anak mulai dapat bermain bersama anak-anak lain, atau teman sebaya (peer group)

6.      Perkembangan Bermain
Kegiatan bermain disini adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan kebebasan batin untuk memperoleh kesenangan. Terdapat beberapa macam permainan anak (Abu Ahmadi, 1977), yaitu sebagai berikut:
a.       Permainan Fungsi (permainan gerak), seperti meloncat-loncat, naik dan turun tangga, berlari-larian, bermain tali, dan bermain bola.
b.      Permainan Fiksi, seperti menjadikan kursi sebagai kuda, main sekolah-sekolahan, dagang-dagangan, perang-perangan, dan masak-masakan.
c.       Permainan Reseptif dan Apresiatif, seperti mendengarkan cerita atau dongeng, melihat gambar, atau melihat orang melukis.
d.      Permainan membentuk (konstruksi), seperti membuat kue dari tanah liat, membuat gunung pasir, membuat kapal-kapalan dari kertas.
e.      Permainan Prestasi, seperti sepak bola, bola voli, tenis meja dan bola basket.

7.      Perkembangan Kepribadian
Aspek-aspek perkembangan kepribadian anak itu meliputi hal-hal berikut:
a.      Dependency & Self – Image
Perkembangan sikap “independensi” dan kepercayaan diri (self confididence) anak amat terkait dengan perlakuan orangtuanya. Salah satu penelitian Braumrind (Ambron, 1981) menemukan bahwa anak  yang orangtuanya memberikan pengasuhan atau perawatan yang penuh kehangatan, dan pemahaman serta memberikan arahan atau tuntunan, maka anak akan memiliki rasa percaya diri (self confidence), bersikap ramah, mempunyai tujuan yang jelas, dan mampu mengontrol diri.
b.      Initiative vs Guilt
Perkembangan dengan initiative (inisiatif), pada tahap ini anak sudah siap dan berkeinginan untuk belajar dan bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuannya. Yang berbahaya pada tahap ini adalah tidak tersalurkannya energi yang mendorong anak untuk aktif, karena mengalami hambatan dan kegagalan, sehingga anak mengalami guilt (rasa bersalah). Perasaan bersalah ini berdampak kurang baik bagi perkembangan kepribadian anak, dia bisa menjadi nakal atau pendiam.
8.      Perkembangan Moral
Pada masa ini, anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok sosialnya. Melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain anak belajar memahami tentang kegiatan atau perilaku mana yang baik/boleh/diterima/disetujui/buruk/tidak boleh/ditolah/disetujui. Berdasarkan pemahamannya itu, maka pada masa ini anak harus dilatih atau dibiasakan mengenai bagaimana dia harus bertingkah laku.
9.      Perkembangan Kesadaran Beragama
Kesadaran beragama pada usia ini ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a.      Sikap keagamaannya bersifat reseptif (menerima) meskipun banyak bertanya.
b.      Pandangan ketuhanannya bersifat anthropormoph (dipersonifikasikan).
c.      Penghayatan secara rohaniah masih superficial (belum mendalam) meskipun mereka telah melakukan atau berpartisipasi dalam berbagai kegiatan ritual.
d.     Hal ketuhanan dipahamkan secara ideosyncritic (menurut khayalan pribadinya) sesuai dengan taraf berpikirnyayang masih bersifat egosentrik (memandang segala sesuatu dari sudut dirinya) (Abin Syamsuddin Makmun, 1996)



BAB III
PENUTUP
           
            Anak usia prasekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 2-6 tahun, ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria atau wanita, dapat mengatur diri dalam buang air (toilet training), dan mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya (mencelakakan dirinya)
Perkembangan dapat diartikan sebagai proses perubahan kuantitatif dan kualitatif individu dalam rentang kehidupannya, mulai dari masa konsepsi, masa bayi, masa kanak-kanak, masa anak, masa remaja, sampai masa dewasa.
Perkembangan dapat diartikan juga sebagai “suatu proses perubahan dari dalam diri individu atau organisme, baik fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan”.




DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, Syamsu LN, M.Pd. 2006. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. PT. Remaja Rosda Karya: Bandung
Yusuf, Syamsu LH & Nani M. Sugandhi. 2011. Perkembangan Peserta Didik. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta
  





[1] Dikutip dari Calvin S. Hall dan Gardener Lindzey, 1993
[2] M. Solehuddin dan Ihat Hatimah dalam M. Ali (ed), 2007: 1097-1098
[3] Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), cet ke-7, h. 163
[4] Ibid, h. 165
[5] Simbol disini adalah kata-kata, gesture/bahasa gerak, dan benda